Cerita Puasa di Luar Negeri

2 komentar
Cerita Puasa di Luar Negeri

Puasa di luar negeri jelas berbeda dengan di negara kita, Indonesia. Perbedaan itu mulai dari kebiasaan-kebiasaan saat Ramadan dan juga waktu pelaksanaan puasanya.

Perbedaan kebiasaan saat Ramadan yang terjadi di tiap negara karena adanya budaya yang juga berbeda, pun dengan masalah waktu pelaksanaan puasa yang berbeda, ini dikarenakan setiap negara mempunyai lama waktu siang dan malam yang berbeda-beda, sehingga perhitungan subuh sampai magrib pun yang menjadi penanda waktu puasa menjadi berbeda di setiap negara.

Puasa di Arab Saudi dan Amerika Serikat

Memaknai puasa di bulan penuh rasa bahagia di Ramadan ini pastinya semua setuju bahwa Ramadan adalah bulan terbaik dan anugerah yang diberikan Allah pada umat Islam, walaupun ternyata menjalankan salah satu rukun Islam ini berbeda-beda praktiknya di setiap wilayah atau negara.

Kali ini kita akan membicarakan tentang puasa di dua negara, di luar negeri, yaitu Arab Saudi dan juga Amerika Serikat. Dua negara yang berbeda jauh baik dari kebudayaan, sampai masalah lama periode siang dan malamnya.

Cerita tentang puasa di dua negara, Arab dan Amerika ini berdasarkan kisah dari dua orang teman yang saat ini menetap di sana. Yang tinggal di Arab Saudi adalah sobat kental dari SMA, Kang Peri Supriatna, sedangkan cerita puasa dari Amerika berasal dari teman Blogger, Teh Ilma Purnomo.

Puasa di Arab Saudi

Kang Peri Supriatna kini tinggal di Riyadh, Arab Saudi. Kini ia hampir sudah tiga tahun menetap di sana.

Sosok periang yang dikenal sewaktu sekolah SMA ini, kini bekerja di sana dan mulai beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya, termasuk dalam hal berpuasa.

Lama Puasa di Arab Saudi

Menurut penuturan Kang Peri, lama puasa di Arab tidak terlalu berbeda jauh dengan di Indonesia. Kisaran waktunya sekitar 13 jam per harinya. 

Yang paling harus adaptasi saat puasa di Arab adalah masalah cuacanya yang sangat berbeda dengan kita di Indonesia. Suhu panas membuat puasa yang lamanya tidak berbeda jauh dengan di Indonesia, membuat puasa di Arab harus lebih effort-nya bagi yang belum terbiasa dengan kondisi panas di sana.

Perbedaan Kebiasaan Puasa di Arab dengan di Indonesia

Ada beberapa perbedaan kebiasaan selama puasa antara di Indonesia dengan di Arab, khususnya di kota Riyadh. Beberapa perbedaan tersebut seperti tidak adanya suasana ikonik puasa seperti yang biasa kita lihat di Indonesia.

Tidak seperti d Indonesia ada yang membangunkan sahur, berburu makanan berbuka, menantikan alarm waktunya berbuka, membeli baju baru dan di setiap mesjid mengumandangkan takbir ketika besoknya Idul Fitri dan ketika selesai Salat Id saling maaf memaafkan, berkunjung ke tetangga dan sanak saudara. di Riyadh semua itu tidak ada

Menurut Kang Peri, sewaktu selesai salat Idulfitri, rata-rata semua orang langsung pulang. Tidak ada kegiatan salam-salaman semua jamaah setelah salat, hanya sebagian kecil yang mungkin saling kenal dekat saja.

umroh
Dokumentasi kang Peri saat menjalankan ibadah umroh

Hal positif yang berbeda dalam setiap menjalankan puasa di Arab adalah ia bisa menjalankan rangkaian ibadah umroh. Sungguh nikmat yang luar biasa, menjalankan ibadah saum sembari menjalankan ibadah umroh sekaligus di sana.

Puasa di Amerika Serikat  

Untuk cerita tentang puasa di Amerika Serikat ini saya dapat ketika berkomunikasi dengan teman blogger yang saat ini tinggal di sana bersama keluarganya, Teh Ilma Hidayati Purnomo.  Teh Ilma kini menetap di Chicago bersama suami dan kedua putranya.

Alumni ITB ini selain sibuk membersamai tumbuh kembang kedua putranya, ia juga mempunyai kesibukan menulis di blog. Teman-teman yang ingin mengetahui tulisan-tulisan Teh Ilma bisa intip-intip di blognya razinisme.

Lama Puasa di Amerika

Ketika bercerita tentang masalah puasa di Amerika, teh Ilma memberikan beberapa keterangan, termasuk lamanya puasa.

Perbedaan panjang waktu puasa tergantung musimnya. Kalau musim panas (sekitar bulan Juni), subuhnya jam 4 kurang, maghribnya jam setengah 9 malam. Berarti puasanya kira-kira 16 jam. Paling singkatnya pas musim dingin (sekitar bulan Desember), subuhnya jam 6 pagi, maghribnya jam setengah 5 sore. Berarti puasanya kira-kira 10 jam.

Dari informasi itu, jelas waktu puasa di Amerika akan berbeda-beda, ya. Tergantung pada musim apa berlangsungnya bulan Ramadan.

Kebayang pas menjalankan puasa di musim panas, yang magribnya harus menunggu sampai sekitar jam 9 malam WIB kalau di Indonesia. Sungguh perjuangan yang luar biasa.

Perbedaan Kebiasaan Puasa di Amerika dan di Indonesia

Menurut penuturan Teh Ilma, menjalankan puasa di Amerika dan di Indonesia sebenarnya sama saja. di Amerika juga ada buka bersama dan juga salat tarawih berjamaah bersama komunitas muslim di sana.

Tapi karena jumlah muslim di Amerika, khususnya di Chicago termasuk minoritas, jadi ada beberapa hal yang memang berbeda kebiasaannya dengan di Indonesia.

  • Komunitas muslim kampus The University of Chicago mengadakan buka bersama di ruangan serba gunanya gereja karena tidak ada masjid terdekat, dan semua berjalan dengan baik.
  • Orang-orang non muslim (kebanyakan orang) juga sepertinya tak begitu aware kalau umat Islam sedang melaksanakan ibadah saum di bulan Ramadan
  • Di Chicago tidak ada tradisi di bulan Ramadan seperti di Indonesia, kaya keramaian jualan takjil, sahut-sahutan baca Al-Quran dari masjid, atau banner ucapan selamat puasa
  • Shalat Idulfitri dilaksanakan di taman. Jadi salatnya di atas rumput saja, kita tinggal bawa tikar atau sajadah.
buka bersama
Buka bersama di Amerika (dok IG: https://www.instagram.com/ilmapurnomo/) 

Menyikapi Perbedaan Waktu dan Kebiasaan Puasa di Tiap Negara

Si sulung pernah berseloroh ketika suatu saat menonton tayangan tentang puasa di berbagai negara, enak ya katanya puasa di negara-negara yang siangnya sebentar. Ada yang jam 3 sore di kita, di sana sudah buka saja.

Menyikapi celotehan anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang memang harus pintar-pintar menjawabnya sebagai orang tua. Biar mereka paham dan juga tetap santai dalam menyikapi perbedaan, termasuk dalam menyikapi perbedaan waktu dan kebiasaan puasa di tiap negara.

Intinya si anak diberi pemahaman bahwa yang terpenting dalam menjalankan ibadah puasa itu adalah belajar tentang keikhlasan. Mau di mana pun kita tinggal, di negeri yang siangnya sebentar atau siangnya lama, tak akan menjadi masalah kalau kita ikhlas menjalankannya.

Dari cerita puasa di luar negeri dua teman ini kita menjadi sangat paham akan kaidah di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Artinya, kita tidak akan bisa memaksakan semuanya akan sama seperti di negeri asal kita, Indonesia, dan kita senantiasa harus dapat beradaptasi dan menghargai budaya-budaya atau kebiasaan di mana pun kita tinggal saat ini.

Kang Peri dan Teh Ilma adalah dua sosok yang bisa bertahan dan bertoleransi dengan perbedaan yang dialami saat ini ketika sedang menjalankan ibadah puasa di luar negeri. Pun dengan kita, suatu saat nanti jika kita ditakdirkan menjalankan ibadah puasa di luar negeri, semoga banyak belajar dari dua cerita puasa di luar negeri ini.

Selamat menjalankan ibadah saum, teman-teman. Semoga semua target pencapaian di bulan Ramadan dengan segala amalan ibadahnya dapat terealisasi dengan baik dan terus kontinyu di bulan-bulan berikutnya. 

Yonal Regen
Family man who love sharing about parenting, education, technology, and humanities. Find me at 26syafiqregen@gmail.com

Related Posts

2 komentar

Phai Yunita S Wijaya mengatakan…
Aku pernah menjalani puasa di negara tetangga selama 2 minggu. Karena sudah terbiasa puasa di Indonesia, ketika di luar aku nggak mendapatkan vibes Ramadhan seperti di Indonesia. Dan itu yang bikin kangen.
Apalagi kalau kayak Amrik yang Beda jauh kebiasaan ma kita ya, aku pasti kangen banget Ramadhan di Indo. Makasih sudah menulis kisah Ramadhan di Arab dan Chicago Pak Yo, jadi tahu ternyata di sana, Ramadhan ya kayak apa.
Muhammad Zaini mengatakan…
Wah pasti berat ya berpuasa di luar negeri, terutama jika yang mayoritas di sana adalah nonmuslim. Makanya, bersyukur banget tinggal di Indonesia yang vibesnya mendukung banget buat berpuasa selama satu bulan penuh.